Translate

Rabu, 10 Mei 2017

MERENUNG

Suatu ketika disebuah desa yang masih kental dengan kehidupan Agamis, disebuah pojok pembaringan sederhana duduk tertekun seorang remaja yang terbalut seragam putih biru, ditengan alunan kalam Ilahi yang memenuhi ruangan, remaja ini dengan pandangan kosong menahan air mata memandang sosok pria yang sudah kaku tak bergerak. “Allah, mengapa secepat ini Kau ambil hambaMu, aku masih butuh kasih sayang dia ya Allah,” remaja itu membatin.. “ setelah hari ini siapa yang akan membimbingku, siapa yang akan mengajariku akhlak, siapa yang akan mengjariku bakti” lanjutnya.. Pemakaman sosok guru besar sudah usai seiring tergelincirnya sang surya ke upuk barat.
Hujan sore ini menyisakan langit indah berhiaskan pelangi, waktu beranjak tanpa mau menunggu, langit sebelah barat sudah kemerah-merahan bertanda siang tergantikan malam. Kini remaja itu sudah beranjak dewasa, kenangan lama tiba -tiba membayanginya, sosok guru besar sekaligus ayahnya yang sudah dipanggil ke pangkuan Ilahi Robbi. meski sudah bertahun-tahun lalu kenangan pahit itu terjadi, baru kali ini ia merasakan yang namanya kehilangan, kehilangan seseorang yang begitu berarti, sosok ayah sekaligus guru besarnya, remaja itu berandai-andai, jikalau ayahnya masih hidup, akan ada yang selalu menemaninya dalam hidup ini, ada tempat ia bertukar fikir tentang problematika hidup yang setiap hari selalu menghampiri. tapi apalah daya semuanya hanya tinggal kenangan yang selalu tersimpan di lubuk hati remaja yang sudah beranjak dewasa tersebut, ia masih ingat nasihat mendiang guru besarnya, nasihat bagaimana menjalani hidup ini, “nak, ada tiga hal yang harus di ingat dalam hidup ini, semoga hal ini nanti dapat kau mengambil hikmah dan isyAllah ridhoNya mengumpulkan kita bersama hamba-hambaNya yang telah diberikan petunjuk; inagtlah anak ku, berhati-hatilah dengan pandanganmu, karena dengannya dapat menempatkanmu keNeraka atau Surga. Selalu perhatikanlah apa yang kamu makan, karena dengannya dapat mendekatkan atau menjadi hijabmu dengan yang Maha Kuasa. Yang terakhir dengan siapa engkau bergaul, karena pergaulan mempengaruhi dari apa yang kamu makan dan apa yang lihat.” To Be Continue”

by. Arm

Selasa, 01 Desember 2015

"(HR Bukhari).


............Awan hitam menyelimuti area kampus angin berhembus spoi membawa udara dingin, jam dinding yang terpajang diantara poto SBY Budiono penghias aula kampus menunjukkan 3.30 wita, celotehan canda tawa sekumpulan mahasiswa buyar seiring kumandang azan, gerimis mulai berhamburan, begitu juga sekumpulan anak-anak remaja ini, mereka sibuk mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah sholat, sholat asar yang mempunyai keutamaan yg luar biasa. Siapa saja yang tidak melaksanakan shalat Ashar, maka amal perbuatannya akan hilang sia-sia,” (HR Bukhari). Ini untuk mempersiapkan diri, berhadapan dengan yang Maha menguasai alam semesta, mempersiapakan diri untuk hari yang kekal dan abadi.! (Arman 2012| Bakal Novel)


Kamis, 21 Mei 2015

AMANAH

Image result for bismillah

Salah satu nikmat, amanah, sekaligus ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hadirnya seorang anak di tengah keluarga kita. Perilaku lucu, cerdik, menggelikan, sekaligus menyenangkan, senantiasa mereka tampilkan. Hal itu membuat suasana keluarga semakin meriah. Hadirnya momongan di tengah keluarga merupakan dambaan pasutri (pasangan suami–istri) atau orang tua. Karena itu dapat kita bayangkan, betapa sepinya keluarga, jika anak tak berada di dalam satu keluarga.
Selanjutnya, cara orang tua menyambut, menjaga, memelihara, mengarahkan, membimbing, atau mendidik anak untuk kehidupan anak di masa depan jangka pendek (dunia) dan jangka panjang (akhirat) akan memberikan andil besar atau bahkan menentukan bagi:

1. Sukses tidaknya orang tua di dalam bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat dariNya berupa anak, sehingga anak tidak dicemari fitrahnya.
 
2. Sukses tidaknya orang tua di dalam menunaikan amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa anak, sehingga akan tumbuh anak-anak shalih atau shalihah.

3.Sukses tidaknya orang tua di dalam menempuh ujian dengan lahirnya anak di tengah keluarga, sehingga anak tidak menjadi penyebab orang tua meninggalkan ibadah kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Jumat Rahimakumullah

Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam telah bersabda:

مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.

Tidaklah anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadis ini kita mengetahui, bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid dan berpotensi baik). Jika kemu-dian anak menjadi menyimpang, ia menjadi Yahudi/Nasrani/ Ma-jusi, dan ahli maksiat, maka orang tua memiliki andil besar sebagai penyebabnya. Mengapa?
Sebabnya adalah:

Pertama, orang tua adalah pihak yang sejak awal paling dekat dan berpengaruh langsung kepada anak.
Kedua, orang tua tidak memberikan perawatan dan pendidikan yang tepat sejak usia dini. Orang tua justru memberikan pendi-dikan yang menyimpang dari tauhid dan sunnah Rasulullahsallallahu ‘alahi wa sallam.

Jika orang tua mencari rezeki (nafkah) dengan cara yang batil (hasil menipu, mencuri, korupsi, riba, memeras, dan sejenisnya), maka nafkah tersebut tidak berkah (tidak mengandung kebaikan). Lantas, anak dan istri, juga diri ayah tersebut tumbuh dari perawatan fisik/jasad (nafkah) yang haram. Pengaruhnya, hati manusia menjadi keras untuk menerima kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Hal itu akan diperparah lagi dengan cara, harta dari hasil yang haram tersebut dibelanjakan untuk makanan, minuman, dan hal-hal lain yang haram (untuk merokok, berjudi, khamr, narkoba, membeli daging babi dan marus/darah binatang dan sejenisnya). Maka tumbuhlah jasmani yang tidak sehat. Inilah bentuk perawatan yang menyimpang.

Adapun pendidikan yang menyimpang terlihat dengan jelas, manakala orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka pada sekolah-sekolah yang tidak menghargai pendidikan Agama secara memadai. Hal itu diperburuk dengan pendidikan agama yang diajarkan itu pun menyimpang dari sumber rujukan Islam (Alquran dan sunah).
Berbarengan dengan hal itu, anak dicekoki dengan berbagai acara di TV, radio, dan sejenisnya selama berjam-jam setiap harinya. Demikian halnya di masyarakat marak sekali adanya acara panggung-panggung hiburan yang jauh dari tuntunan Islam. Dilengkapi dengan pergaulan yang dialami anak, baik di lingkungan keluarga besarnya, di masyarakat, dan di berbagai kesempatan, jauh dari akhlak Islami. Disempurnakan dengan bahan bacaan (majalah, surat kabar, tabloid, novel, puisi, kaset/CD/DVD, dan sejenisnya) yang mengumbar kemaksiatan (pornografi dan sejenisnya), maka genap lengkap dan sempurnalah pendidikan anak yang menyimpang menjadi menu/program/kurikulum yang mengarahkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Sungguh besar pengaruh orang tua terhadap anak. Pepatah mengatakan, “Mangga jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam pun telah bersabda:

اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

Agama seseorang tergantung kepada siapa yang menjadi orang yang paling dicintainya. Maka coba perhatikan siapa orang yang paling dicintai oleh salah seorang dari kalian.” (HR. Ahmad).

Sadar atau pun tidak, orang tua dan masyarakat yang demikian telah dengan mulus memberikan jalan kepada program-program kerja Yahudi, Nasrani, dan Majusi, yang dengan gigih menyediakan semua waktu, tenaga, dan pikiran, program hiburan, serta hartanya di dalam program pemurtadan umat Islam dalam bentuk ‘tidak harus berpindah agama’.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَالَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguh-nya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan sesung-guhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 120).

Inilah tantangan umat Islam dari luar dirinya di masa kini dan mendatang. Demikian halnya kelemahan umat Islam sendiri (tidak memahami Islam dengan benar, taklid, berlebih-lebihan di dalam mencintai orang-orang shalih, maupun meremehkan agama, tidak istiqamah, dan sejenisnya, lemah iptek, tak profesional di dalam beramal, dan lain-lain) merupakan tantangan dari dalam tubuh umat Islam yang harus dijawab umat Islam sendiri.
Orang tua, khususnya ayah, adalah pihak yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikan agenda besar ini dalam lingkup keluarga yakni pendidikan yang sejalan dengan fitrah anak. Pendidikan anak yang demikian dapat menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang bersifat materialistis, liberalistis, anti AGAMA, dan pengumbar nafsu yang diciptakan oleh Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tah-rim: 6).
 
dan luar tersebut, dengan cara memberikan perawatan yang baik dan halal, serta pendidikan yang berbasis Islam yang mengembangkan fitrah anak, maka akan lahir anak-anak yang bertauhid, berbuat baik, menguasai bidang keahlian yang dipilihnya, dan istiqamah di atas Din yang haq (Dinul Islam). Akhirnya kelak akan lahir anak-anak yang sanggup menghadapi tantangan materialisme, liberalisme, anti Agama, dan para pengumbar nafsu produk dan antek Yahudi dan Nasrani. Insya Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka akan mengungguli musuh-musuh Allah, musuh-musuh Islam, dan musuh-musuh kaum Muslimin hari ini dan ke depan.
Demikian halnya, anak merupakan amanah.

Orang tua yang sukses adalah mereka yang sanggup mengem-ban amanah. Sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempercayakan makhlukNya (berupa anak) untuk dirawat/diasuh dan dididik oleh orang tua. Orang tua yang menyadari hal ini, mereka akan memperkuat keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhannya di dalam merawat dan mendidik amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Anak merupakan asset masa depan (dunia, jangka pendek dan akhirat, jangka panjang). Tanpa keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhan (juhud) yang prima, niscaya orang tua akan menghadapi kegagalan di dalam menunaikan amanah.

Orang tua hendaknya mengerahkan segala daya upaya –yang juga merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala – untuk meraih keuntungan/kebaikan dunia akhirat bagi diri mereka dengan cara menunaikan amanah yakni merawat dan mendidik anak. Mereka selalu mengingat dan melaksanakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.

Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Anak shalih/shalihah tidaklah akan mungkin terwujud, manakala perawatan dan pendidikan terhadapnya menyimpang. Oleh karena itu, orang tua yang menghendaki buah yang segar di dunia maupun di akhirat berupa anak shalih/shalihah, maka hendaknya mereka mempersiapkannya sebaik mungkin sejak dini.
Anak shalih adalah anak yang berbuat baik yakni anak yang tergambarkan di dalam Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini :

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba saha-yamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang som-bong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa`: 36).

Berdasarkan ayat ini, anak/orang yang baik adalah:
1. Bertauhid dan tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Birrul walidain (berbakti kepada ibu bapak).
3. Berbuat baik kepada sesama manusia.
4. Tidak sombong dan bangga diri.

Anak shalih yang berciri-ciri seperti digambarkan pada surah an-Nisa` 36 itulah yang sanggup menjawab tantangan zaman, yang sanggup mengatur dunia ini dalam rangka taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal itu merupakan karunia dariNya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Perhatikan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala 

وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada menyekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55).
 
Upaya orang tua berikutnya dalam rangka menyiapkan anak menghadapi tantangan zaman di masanya adalah bahwa sejak awal orang tua harus menyadari bahwa anak merupakan ujian bagi diri mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia anak, berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala juga sedang menguji orang tua. Luluskah dalam ujian?
Ujian yang datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki tujuan untuk mengetahui dengan sebenarnya siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta; siapa yang bersungguh-sungguh dan siapa yang bermain-main; siapa yang terbaik amalnya dan siapa yang merugi. Hal ini banyak disebutkan di dalam Alquran al-Karim. Di antaranya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan anak-anak yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa`: 9).

وَاعْلَمُوا أَنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرُُ عَظِيمُُ

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28).

Jika kita sebagai orang tua –lebih khusus sebagai ayah- sanggup merawat dan mendidik anak dengan berbasiskan Islam, sehingga ciri-ciri anak shalih seperti tersebut di atas teraih, maka inilah bukti kita mengikuti dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, bukti bahwa kita cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, bukti bahwa kita telah bersungguh-sungguh (berjihad) dalam dunia pendidikan fi sabilillah.
Anak adalah ujian yang jika kita kurang hati-hati, akan menempatkan kita pada derajat fasik, mengapa? Sebab jika kita teledor, maka saking cintanya kita kepada anak, dapat melalaikan kita dari cinta dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya. Perhatikan Firman-Nya:

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).



Rabu, 20 Mei 2015

BULANDANBINTANG

 
Foto Armandon't.

Laut dihadapan ku membentang luas, pandangan ku lurus membelah kesisi laennya,namun aq tk melihat indah psisirnya,,didepan ku hamparan air berjuta-juta galon..
Sore ini beranjak berlahan menuju mlem...
Malem yg akan menenggelamkanku  kembali pada kesunyian yg mulai membuat risih,
Jauh disebelah sana bulan dengan pasti menunggu"
Smentara,ap yg membuat disini, adakah yang ku tunggu, adakah ia akan menju q,...ehhhmmmm ku rasa tidak selma lidahku kelu, ku rasa tidak selama ku g bisa memulai_ didepan ku terhampar kekuasaanMu"Allah letakkanlah pada kberanian seluas dan sebanyak hamparan kekuasaan dihdapan q kini.
"Hanya padaMu hamba meminta, dam hanya padaMu hamba meminta pertolongan" jika ia telah Engkau catat sebagai pelengkap rusukku maka dekatkan ia pada ku dan mudahkanlah urusan ku untuk menyempurnakan bagian dari agamaMu ya Allah.. jika ia bukan bagian dari rusukku yang hilang maka tunjukilah pada hamba jalan menujunya.... sungguh Engkau mengetahui segala suatu" 

Minggu, 17 Mei 2015

INSAN SEJATI








INSAN SEJATI

                                                                                                            By “ Karma_

Pagi selepas subuh..
Ingin rasanya ku tarik kembali selimut yang blum sempat ku rapikan,
Sayup ku dengar kicoan burung di susuli Ombak yang membadai pantai,
Termenung,..? aku termenung mengenangkan sosok yg berjuluk pahlawan tanpa tanda jasa?
                 
Wahai guru ku….!
Mungkin ini bukan kado yang indah untukmu
Bukan juga rangkaian puisi indah bagimu
Tidak juga sebuah hadiah terindah yang bisa kupersembahkan
Namun,,,, ini tentang ketulusan insan sejati.

Guruku….. 
Rumahku tak akan menjadi sebuah sangkar karena mu, melainkan telah kau dirikan tiang utama sebuah kapal layar bagiku,... Tiada itu hanya setipis kulit ari yang menutupi kerawanan sebuah luka,, Tetapi ... 
jadi;ah ia kelopak mata yang memberi perlindungan kepada netra..

Guru,,, ? Dahulu aku hanya secarik kertas yang tak tertulis apapun…
Dahulu aku hanya titik yang tak bermakna apapun_
Namun,,,,Namamu seperti bernafas mengajari kami santun sejak awal-Mengajari kami amal dari awal-Mengajari kami iman dari awal
Segala kepayahan terus-menerus kau tularkan,,,
Kau bimbing kami dengan ktulusan mu..,
Kau daur ulang kami hingga kami bisa berdiri, berlari meraih mimpi..…

Guru,,,,Tiap bicaraku membuat Mu kecewa,
Batin mu terkadang sakit dg sikap ku..
Tapi,,,,,jiwa utuhmu tetap memegang amanah yg terpikul di bahu mu..
begitu besar dosa ku padamu.
Pagi selepas subuh_sebelum aku berusia senja…
Ku mohon ampun pada mu..

Wahai kau putra_putri bangsa…!?
Setinggi apapun kau melompat_sejauh apapun kau terbang_dan seagung apapun drajad yg kau banggakan..
Ingatlah_kau bukan siapa-siapa tanpa jasa seorang guru…?
Itulah ia yang memberi tanpa diminta, itulah ia yg memberi tanpa pamrih...
Terimakasih guru ku…….maafkan kami, maafkanlah aku guru ku.?

*****888*****


GURUKU….

 By. Ustazd H. Husain. LC
Terimakasih guruku kaulah pembimbing kami -
Kaulah pengajar kami, kaulah pendidik kami
Guruku…
Itulah julukanmu yang tak pernah bosan dalam mengajar dan membimbing kami…
Guruku…
            Tanpa dirimu kami akan hancur -Tanpa dirimu kami akan sengsara
            Tanpa dirimu kami akan sesat
Guruku…
            Terimakasih atas jasa-jasamu -Pahlawan tanpa tanda jasa
Guruku yang mendididik kami yang membekali kami ilmu dengan tulus dan sabar..

Senyummu memberikan semangat untuk kami_ menyongsong masa depan yang lebih baik_ setitik peluhmu menandakan sebuah perjuanagan yang sangat besar untuk muridnya_

Terimakasih guruku…..Perjuanganmu sangat berarti bagi kami,
Tanpa mu, ku tak akan tahu tentang dunia ini..
Guruku.. akan selalu kami panjatkan doa untukmu, terimkasih guruku..

Teman-teman,,
Majulah terus siswa MTs Gunung Galesa..
Dengar-dengar isi tulisan ini,, hanya kepada mu harapan kami,,hanya kepada kalian cita-cita dipertaruhkan.._ tak ada sesuatu yang tak munkin bagi kalian - Bangkitlah melawan mendra….

Kuasailah diri kalian dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya - Lawanlah bebatuan yang mengusik dijalan - Ingat.. engkaulah adalah harapan

Engkau adalah masa depan - Masa depan ada di tangan kalian
Harapan terpendam ada dipundak kalian
Nasib bangsa kalian yang menentukan antara dua…
Diantara dua,, aku harus memilih - Entah satu baik/buruk.

Aku tak bisa berdiri antara keduanya - Dan aku menentukan antara dua
Aku harus masuk…..
            Entah jatah muda / sulit - Aku tak bias bergelut antara keduanya
            Dan aku meratapinya diantara dua

Aku harus berjuang
Entah satu manis / pahit
Aku tak ingin kalah.

            Terimakasih guruku dan hatimu untuk semua sepanjang pendidikan,
            Hanya ucapan terakhir dari mulutku dihari guru ini..
            Gempitakanlah selalu jiwa wahai siswa gunung galesa…
 ________________________________________________________________________

 Jika kau ingin memanen semusim, maka tanalah biji-bijian,
jika kau ingin memanen sepanjang tahun, tanamlah pohon,
Namun jika engkau ingin memanen sepanjang masa.....
Maka didiklah pribadi yang akan menanamnya..."

(Filsuf Cina, Lao Tse)